PENTINGNYA PENDIDIKAN
PADA ANAK USIA DINI
BAGI TUMBUH KEMBANG
ANAK
Pendidikan merupakan
suatu hal yang
sangat penting bagi
kesejahteraan anak dan
berkontribusi terhadap penurunan
kemiskinan dan ketidaksetaraan. Menurut Ki Hajar Dewantara
(Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889 – 1959) menjelaskan tentang
pendidikan yaitu:
“Pendidikan umumnya berarti
daya upaya untuk
memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan,
bathin), pikiran (intellect) dan
jasmani anak-anak selaras
dengan alam dan masyarakatnya”. Pendidikan
juga merupakan asset
penting dalam sebuah
negara oleh sebab
itu setiap warga Negara
wajib menjalankan pendidikan
baik pada jenjang
Pedidikan Anak Usia
Dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Atas, ataupun
Perguruan Tinggi. Ada juga yang
mengatakan bahwa pendidikan berlangsung
seumur hidup manusia
seperti yang di
sebutkan oleh Lev Vygotsky “Pembelajaran
dan Perkembangan merupakan
dua hal yang
saling berkaitan sejak hari
pertama kehidupan manusia”
Untuk saat
ini kebanyakan para orang
tua melewati Pendidikan
Anak Usia Dini (
PAUD ) dan langsung memasukan
anak ke Sekolah Dasar.
Padahal sangat penting
untuk memasukan anak
ke Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) agar anak
terbiasa dengan lingkungan pendidikan
dan mengembangkan pola
pikir anak mengenai pendidikan
sejak usia dini
mutlak diperlukan. Dan lagi
pula, program-program Pendidikan
Anak Usia Dini telah
terbukti mampu membantu
mengembangkan kompetensi psikososial
dan kognitif untuk
mempersiapkan anak –anak bersekolah , dengan kemudian
melibatkan anak dalam
program-program tersebut dalam
waktu minimal 1
tahun.
Hasil
penelitian Herawati ( 2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265 keluarga yang
diteliti hanya 15% yang mengetahui program BKB, factor lain adalah rendahnya
partisipasi orang tua dalam program BKB. Masih rendahnya layanan pendidikan dan
perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya
jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan
jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut.
Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan
Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara
utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek
pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan
tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak. Pada lembaga
pendidikan anak usia dini, kini sudah mengajarkan anak tentang dasar-dasar
dalam cara belajar.
Padahal Indonesia
memiliki PAUD yang
beragam, mulai dari
Pra-Sekolah, dan TK Formal yang
melayani anak usia
4-6 tahun sampai
Kelompok Bermain Non-Formal
dan Pusat Penitipan anak , yang
melayani anak usia
2-6 tahun yang
tidak terlayani oleh
lembaga formal .
Anak usia
dini adalah anak-anak
yang berusia dibawah
usia 6 tahun. Masa
ini sering disebut
masa-masa keemasan atau
“golden age” karena masa
ini yang menentukan
bagaimana kelak mereka
seperti apa baik
segi hal fisik,
mental ataupun kecerdasan
intelegen dalam fase
ini anak-anak dapat
menyerap informasi sebanyak
banyaknya. Pada masa ini
anak mulai peka
atau sensitive terhadap
penerimaan berbagai rangsangan. Kepekaan ini
pada anak berbeda-beda tergantung perkembangan
individu masing-masing.
Masa peka
adalah masa yang
dimana terjadinya kematangan
fungsi fisik dan
psikis yang siap
merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan.
Masa ini juga
merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
motorik, bahasa, sosio emosional , agama
dan moral. Perlu
diketahui bahwa anak
memiliki kemampuan yang
perlu diasah sejak
dini namun banyak
orang tua yang
menganggap pendidikan pada
usia dini tidak
begitu penting dengan
alasan yang berbagai
macam padahal sebagian
besar pembentukan karakter
manusia itu dimulai
dari usia 0
sampai dengan 3 tahun..
Pendidikan bagi
anak usia dini adalah
pemberian upaya untuk
menstimulasi , membimbing ,
mengasuh dan pemberian
kegiatan pembelajaran yang
akan menghasilkan kemampuan dan
ketrampilan anak. Pendidikan
anak usia dini
merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang
menitik beratkan pada
peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (
koordinasi motorik halus
dan kasar ), kecerdasan,
daya cipta , kecerdasan
emosi , dan kecerdasan spititual.
Pendidikan anak usia
dini yang orang tua
berikan bagi anak
merupakan suatu persiapan
kematangan anak dalam menghadapi masa
demi masa untuk
perkembangannya di masa
yang akan datang.
Saat ini telah banyak berbagai
sekolah taman kanak-kanak
memberikan pendidikan yang
baik dan berkualitas demi
mengembangkan kemampuan dan
bakat dalam diri
anak tersebut. Oleh karena itu , diperlukan usaha
dan orangtua dalam
mengajar dan mendidik
anak terutama dalam membaca. Mengajar anak
membaca tidak harus
melihat berapa usia
yang tepat untuk mengajarkannya. Yang terpenting disini adalah
Anda berusaha memberikan
yang terbaik dalam pendidikannya
kelak.
Tidak hanya
pendidikan formal yang
diberikan kepada anak-anak , tapi pendidikan non-formal pun
tidak kalah penting
untuk meningkatkan kreatifitas
dan disiplin waktu. Meskipun kadang
orang tua merasa
bahwa bakat atau
kemampuan anak itu
belum terlihat. Tapi
tidak ada salahnya
anak-anak usia dini
diperkenalkan dengan berbagai
macam kegiatan non-formal
seperti les tari
balet , les music ,
klub sepak bola
anak, dan masih banyak
lagi .
Umumnya, pada
usia 4 tahun
si kecil baru mulai
memasuki TK (Taman Kanak-kanak). Baik TK
yang biasa atau
TK Al Quran yang
dikenal dengan TKA (Taman Kanak-kanak Al Quran) atau
TPQ (Taman Pendidikan Al Quran). Itu artinya, sebagian tanggung
jawab pendidikan anak terlimpahkan pada
para guru TK tersebut.
Namun demikian, adalah
salah besar apabila orang
tua menyerahkan pendidikan
anak 100% pada
lembaga pendidikan. Kegagalan
pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam
rumah; yakni pendidikan orang tua. Dalam
konteks pendidikan orang tua, ibulah yang paling memegang peranan penting. Oleh
karena itu, sukses tidaknya masa depan anak dan baik buruknya kepribadiannya,
akan sangat tergantung seberapa peran ibu dalam proses pendidikannya. Terutama
dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0 – 6 tahun dan 6 – 16 (usia
SD SMP). Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya, terutama dalam proses
pembangunan kepribadian (character building).
Sebagian ahli
menilai bahwa usia 3 tahun adalah
usia bagi anak
dengan tingkat aktivitas
tertinggi dari seluruh
masa hidup manusia.
Sebab tingkat aktivitas
yang tinggi dan
perkembangan otot besar
mereka ( lengan dan
kaki ) maka anak-anak
pra-sekolah perlu olah
raga seharí-hari .
Adapun perkembangan
keterampilan motorik halus
dapat dilihat pada
usia 3 tahun
yakni kemampuan anak-anak
masih terkait dengan
kemampuan bayi untuk menempatkan
dan memegang benda-benda. Pada usia
4 tahun, koordinasi
motorik halus anak-anak
telah semakin meningkat
dan menjadi lebih
tepat seperti bermain
balok, kadang sulit
menyusun balok sampai
tinggi sebab khawatir
tidak akan sempurna susunannya.
Sedangkan pada
usia 5 tahun ,
mereka sudah memiliki
koordinasi mata yang bagus
dengan memadukan tangan,
lengan, dan anggota
tubuh lainnya untuk
bergerak . Hal ini tidak terlepas
dari ciri anak
yang selalu bergerak
dan selalu ingin bermain
sebab dunia mereka
adalah dunia bermain
dan merupakan proses
belajar .
Mulai sejak
si anak membuka mata
di waktu pagi
sampai menutup mata
kembali di waktu
malam, semua kegiatannya dilalui dengan
bergerak , baik bolak balik , berjingkrak, berlari
maupun melompat. Dalam
kaitan ini, anak
bukanlah miniature orang
dewasa karena mereka
melakukan aktivitas berdasarkan
kematangan dan kemampuan
yang sesuai usianya.
Masalah yang
sering dihadapi saat
ini ialah seberapa pentingkah pendidikan
anak usia dini
pada saat ini ?
Dalam hal
keterkaitan pertanyaan tersebut Berdasarkan hasil penelitian sekitar
50% kapabilitaas kecerdasan
orang dewasa telah
terjadi ketika anak
berumur 4 tahun, 80%
telah terjadi perkembangan
yang pesat tentang jaringan otak
ketika anak berumur
8 tahun dan
mencapai puncaknya ketika
anak berumur 18 tahun,
dan setelah itu
walaupun dilakukan perbaikan
nutrisi tidak akan
berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.
Hal
ini berarti bahwa
perkembangan yang terjadi
dalam kurun waktu
4 tahun pertama sama
besarnya dengan perkembangan
yang terjadi pada
kurun waktu 14
tahun berikutnya. Sehingga periode
ini merupakan periode
kritis bagi anak,
dimana perkembangan yang diperoleh pada
periode ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan
periode berikutnya hingga masa
dewasa . Sementara masa
emas ini hanya
datang sekali , sehingga
apabila terlewatkan berarti
habislah peluangnya. Untuk itu
pendidikan anak usia
dini sakan membantu memberikan
rangsangan (stimulasi) dari
lingkungan terdekat sehingga
sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan kemampuan anak.
Perkembangan
motorik kasar seorang anak pada usia 3 tahun adalah melakukan gerakan sederhana
seperti berjingkrak, melompat, berlari ke sana ke mari dan ini menunjukkan
kebanggaan dan prestasi.
Sedangkan
usia 4 tahun, si anak tetap melakukan gerakan yang sama, tetapi sudah berani
mengambil resiko seperti jika si anak dapat naik tangga dengan satu kaki lalu
dapat turun dengan cara yang sama dan memperhatikan waktupada setiap langkah.
Lalu, pada usia 5 tahun si anak lebih percaya diri dengan mencoba untuk
berlomba dengan teman sebayanya atau orang tuanya.
Sebagian
ahli menilai bahwa usia 3 tahun adalah usia bagi anak dengan tingkat aktivitas
tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Sebab tingkat aktivitas yang tinggi
dan perkembangan otot besar mereka (lengan dan kaki) maka anak-anak pra sekolah
perlu olah raga seharí-hari. Adapun perkembangan keterampilan motorik halus
dapat dilihat pada usia 3 tahun yakni kemampuan anak-anak masih terkait dengan
kemampuan bayi untuk menempatkan dan memegang benda-benda. Pada usia 4 tahun,
koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih
tepat seperti bermain balok, kadang sulit menyusun balok sampai tinggi sebab
khawatir tidak akan sempurna susunannya.
Sedangkan
pada usia 5 tahun, mereka sudah memiliki koordinasi mata yang bagus dengan
memadukan tangan, lengan, dan anggota tubuh lainnya untuk bergerak.Hal ini
tidak terlepas dari ciri anak yang selalu bergerak dan selalu ingin bermain
sebab dunia mereka adalah dunia bermain dan merupakan proses belajar. Mulai
sejak si anak membuka mata di waktu pagi sampai menutup mata kembali di waktu
malam, semua kegiatannya dilalui dengan bergerak, baik bolak-balik,
berjingkrak, berlari maupun melompat. Dalam kaitan ini, anak bukanlah miniatur
orang dewasa karena mereka melakukan aktivitas berdasarkan kematangan dan
kemampuan yang sesuai usianya.
Karakter
seorang anak terbentuk terutama pada saat anak berusia 3 hingga 10 tahun.
Adalah tugas kita sebagai orang tua untuk menentukan input seperti apa yang
masuk ke dalam pikirannya, sehingga bisa membentuk karakter anak yang berkualitas.
Karakter adalah sesuatu yang dibentuk, dikonstruksi, seiring dengan berjalannya
waktu dan semakin berkembangnya seorang anak.
Anak
itu ibarat kanvas putih bersih. Diberi goresan hitam, ia akan menjadi hitam.
Diberi goresan kuning, ia akan menjadi
kuning. Atau yang lebih tepat, anak itu ibarat lempung. Dan lembaga PAUD serta
orang tua, orang-orang dewasa di sekitarnya, adalah yang membentuk lempung itu.
Akan berbentuk apa lempung itu, hal itu tergantung pada orangtua dan pendidikan
yang membentuknya. Ini berkaitan dengan bagaimana dan cara yang harus dilakukan
agar anak didik dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi dapat
menginternalisasi, menjalankan, dan terus menjadikan pegangan dalam kehidupan.
Ada 18 karakter yang dapat ditanamkan dalam kehidupan anak-anak. Diantaranya;
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab.
Perkembangan
pada anak juga akan menghasilkan perubahan yang bersifat kualitatif yang
berfungsi tidaknya organ-organ tubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai
suatu urutan perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspek
fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh, anak
diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi
latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat
dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah
tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh.
Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf.
Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang
baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak
memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.
pada
lembaga pendidikan anak mungkin akan :
• Belajar berkawan dengan teman sebaya.
Pada masa ini anak dituntut untuk mampu bergaul, bekerjasama dan membina
hubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong dan membentuk kepribadian
sosial
• Belajar menguasai
keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca, menulis dan
berhitung. Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah dan perkembangan belajarnya
lebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar menguasai kemampuan membaca,
menulis dan berhitung.
• Pengembangan konsep-konsep yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat menyesuaikan diri dan
berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut telah
memiliki konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
• mengembangkan moral, nilai dan hati
nurani. Pada masa ini anak dituntut telah mampu menghargai perbuatan yang
sesuai dengan moral dan dapat melakukan kontrol terhadap perilakunya sesuai
dengan moral.
• Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara
berangsur-angsur anak dituntut memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu
memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung
pada orang tua
• Mengembangkan Bahasa, yang merupakan
sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa,anak dapat menyatakan
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak. Gangguan
pendengaran dapat membuat kemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan huruf
menjadi terlambat. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak
mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara
”saya”, ”kamu” dan ”kita”. Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan
berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi,
sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya.
Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak
pada teman sebayanya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap
aspek-aspek bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan
mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis
namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna
baginya. Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat
sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti ”di bawah”,
”di dalam”, ”di atas” dan ”di samping”. Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak
sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat
menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dan juga mengetahui lawan kata.
Mereka juga dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang.
• memiliki minat dan motivasi untuk
bergaul
• Belajar berperilaku yang dapat
diterima secara sosial.
• Memainkan peran sosial yang dapat
diterima
• Mengembangkan psikomotorik
• Menambah wawasan dan pengetahuan
intellegen
• Mandiri
Sangat
penting untuk memasukan anak kelembaga pendidikan anak usia dini untuk
membentuk pribadi anak yang mudah bergaul, mengembangkan kreatifitas menggali
potensi yang ada pada anak sebelum memasuki ke sekolah dasar. Untuk kedepan
agar para orang tua lebih memeperhatikan pendidikan dasar anak sebelum
melangkah ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar